PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI DALAM PERSALINAN
PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI
DALAM PERSALINAN
Disusun oleh :
ELLY KUSUMAWATI
UNIVERSITAS
MALAHAYATI
BANDAR
LAMPUNG
2017
Puji syukur alhamdullilah, dengan segenap
kerendahan hati dan ketulusan jiwa, kami panjatkan kepada hadirat Allah SWT
yang senantiasa melimpahkan rahmat karunia dan hidayahNya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan judul “Perubahan fisiologi dan psikologi dalam
persalinan”.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curah kepada
Rasul kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada kita
dengan agama rahmatan lil’alamin, agama islam. Dengan selesainya penulisan
makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari semua pihak baik moril
ataupun materil sehingga makalah ini dapat terselesai dengan baik. Tentunya
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua terlebih – lebih
bagi kelompok kami yang mengerjakan makalah ini. Karena keterbatasan kami,
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat dibutuhkan
demi penyempurnaanya. Akhir kata, sekian dari kami. Kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar -
besarnya.
Bandar lampung,
September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
A. Perubahan
Fisiologi Ibu Bersalin................................................................................. 2
B. Perubahan
Psikologis Ibu Saat Persalinan................................................................. 11
BAB III
PENUTUP...................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN...................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persalinan adalah serangkaian proses dimana jalan
lahir disiapkan untuk memungkinkan bayi bisa keluar dari rongga rahim ke dunia
luar. Dalam proses ini biasanya bisa terlaksana dengan persalinan pervaginam
baik secara spontan, instrumental, dan section
caesarean (Capogna, 2015).
Menurut Johariyah (2012) persalinan merupakan
proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui
jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai
akibat dari kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan teratur
yang mula-mula kecil kemudian terus menerus meningkat sampai pada puncaknya
pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
Dalam serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi pada persalinan tersebut
maka ibu bersalin akan mengeluarkan banyak energi yang dapat mengakibatkan
perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis secara alamiah. Dengan
adanya perubahan fisiologis dan psikologis secara alamiah pada proses
persalinan tersebut, ibu bersalin membutuhkan tindakan pendukung dan penenang
selama persalinan, sehingga mampu memberikan efek yang postif baik secara
emosional ataupun fisiologis terhadap ibu dan janin.
Oleh sebab itu, penting bagi seorang tenaga kesehatan (bidan) untuk bisa
memahami perubahan fisiologis dan psikologis ibu bersalin.
B.
Tujuan
Pembelajaran
1.
Mampu memahami urgensi perubahan
fisiologis dan psikologis ibu bersalin.
2.
Mampu memahami perubahan
fisiologis dan psikologis ibu bersalin pada kala I
3.
Mampu memahami perubahan
fisiologis dan psikologis ibu bersalin pada kala II
4.
Mampu memahami perubahan
fisiologis dan psikologis ibu bersalin pada kala III
5.
Mampu memahami perubahan
fisiologis dan psikologis ibu bersalin pada kala IV
6.
Mampu menganalisis kasus kebidanan
dengan kemungkinan perubahan fisiologis dan psikologis yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perubahan Fisiologi Ibu Bersalin
Persalinan merupakan proses alamiah, yakni
merupakan serangakaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
culan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Erawati AD, 2011).
Menurut Sulistyawati A (2010) dan Johariyah (2012)
mengungkapkan bahwa serangkaian proses persalinan yang normal dapat menimbulkan
adanya adaptasi fisiologi pada ibu bersalin. Adapun adaptasi atau perubahan
fisiologi ibu bersalin tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Perubahan Fisiologis Kala I
a. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium
berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot
retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang
lebih pendek secara progresif. Perhatikan gambar berikut ini.

b) kontraksi a) relaksasi
c) retraksi
Gambar 1.
Perubahan otot uterus saat persalinan.
Sumber: Garrey
Matthew,M.,Govan,A.D.T.,174
Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi,
dan retraksi maka cavum uteri lama
kelamaan akan menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelvic.
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah abdomen dengan dominasi
tarikan ke arah fundus (fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir
dengan masa yang terpanjang dan sangat
kuat pada fundus. Dan berikut adalah perubahan kapasitas uterus saat
persalinan.

Gambar 2. Perubahan Kapasitas
Uterus
Sumber: Garrey Matthew,M.,Govan,A.D.T.,174
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah
menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.
1) Penipisan
Serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Seiring
dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk
menjadi lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga seolah-olah
serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen
atas dan bawah rahim (retraction ring)
mengikuti arah tarikan ke atas sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser
ke atas. Panjangnya serviks pada akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari
beberapa mm menjadi 3 cm). dengan dimulainya persalinan, panjang serviks
berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang
sampai tipis ini disebut dengan “menipis penuh”. Gambar
penipisan serviks pada saat proses persalinan dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.
Proses penipisan seviks (effacement)
Sumber: Garrey
Matthew,M.,Govan,A.D.T.,174
2) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam
kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka
disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus
berkontraksi. Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan
intravaginal. Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi
menjadi 2 fase, yaitu :
a)
Fase laten
Berlangsung
selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
diameter 3 cm.
b)
Fase aktif
Dibagi dalam 3 fase.
-
Fase akselarasi, dalam waktu 2
jam pembukaan 3 cm kini menjadi 4 cm
-
Fase
dilatasi maksimal, dalam
waktu 2 jam
pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm
-
Fase deselarasi. Pembukaan
melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10cm).
Pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan tak teraba dan diameter
lubang seviks adalah 10cm.
Fase diatas dijumpai pada
primigravida. Pada multigravida
tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I
selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida berlangsung
kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara primigravida
dan multigravida. Pada primigravida ostium
uteri internum akan membuka lebih
dahulu sehingga serviks akan mendatar
dan menipis, kemudia ostium uteri
eksternum membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama. Adapun gambar proses dilatasi serviks adalah
sebagai berikut.

Gambar 4.
Proses dilatasi serivks
Sumber: Garrey
Matthew,M.,Govan,A.D.T.,174
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan
memberan dari daerah ostium uteri interna
dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau
operculum.
Pengeluaran lendir dan darah ini disebut sebagai “bloody show” yang
mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan.

Gambar 5.
Bloody Show
Sumber: Garrey
Matthew,M.,Govan,A.D.T.,174
c. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap.
Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini
(KPD).
d. Tekanan
Darah
1)
Tekanan darah akan meningkat
selama kontrkasi, disertai peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole
rata-rata 5-10 mmHg.
2)
Pada waktu-waktu tertentu di
antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Untuk
memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan
darah selama interval kontraksi.
3)
Dengan mengubah posisi pasien
dari telenteang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama persalinan
dapat dihindari.
4)
Nyeri, rasa takut, dan
kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
5)
Apabila pasien merasa sangat
takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya menyebabkan
peningkatan tekanan darah (bukan pre-eklampsia).
Cek parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan pre-eklamsi. Berikan
perawatan dan obat-obat penunjang yang dapat merelaksasikan pasien sebelum
menegakkan diagnosis akhir, jika pre-eklampsi tidak terbukti.
e. Metabolisme
1)
Selama persalinan, metabolisme
karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka.
2)
Peningkatan aktivitas metabolic
dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan cairan
yang hilang.
f. Suhu
Tubuh
1)
Suhu tubuh meningkat selama
persalinan, tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.
2)
Peningkatan suhu yang tidak lebih
dari 0,5-10C dianggap normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme
persalinan.
3)
Peningkatan suhu tubuh sedikit
adalah normal dalam persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih lama
peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain
harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat
mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalam keadaan ini.
g. Detak
jantung
1)
Perubahan yang mencolok selama
kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik
puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara
kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi
lazim diantara kontraksi.
2)
Penurunan yang mencolok selama
puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring
bukan telentang.
3)
Frekuensi denyut nadi diantara
kontraksi sedikit lebih tinggi di banding selama periode menjelang persalinan.
Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
4)
Sedikit peningkatan denyut
jantung dianggap normal, maka diperlukan pengecekan parameter lain untuk
menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
h. Pernapasan
1)
Sedikit peningkatan frekuensi
pernapasan dianggap normal selama persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan
metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai
frekuensi pernapasan, karena snagat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa
takut, dan pengggunan teknik pernapasan.
2)
Hiperventilasi yang memanjang
adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien
dan bantu ia mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan,
yang ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.
i.
Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)
1)
Poliuri sering terjadi selama
persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus
dan aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi kurang jelas pada kondisi telentang
karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama kehamilan.
2)
Kandung kemih harus sering
dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya distensi, juga harus
dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang
penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin, dan trauma pada
kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan
hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode pascapersalinan.
3)
Sedikit proteinuria (+1) umum
ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah ibu bersalin. Lebih sering
terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia, atau yang persalinannya
lama.
4)
Proteinuria yang nilainya +2 atau
lebih adalah data yang abnormal. Hal ini mengindikasikan pre-eklampsi.
j.
Gastrointestinal
1)
Motilitas dan absorbsi lambung
terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh
penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran
cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih
lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan di
lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan selama periode menjelang
persalinan atau fase prodromal atau fase laten persalinan cenderung akan tetap
berada di dalam lambung salama persalinan.
2)
Lambung yang penuh dapat
menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi. Oleh karena itu, pasien
dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi
makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi.
3)
Mual dan muntah umum terjadi
selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan. Pemebrian
obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan saluran cerna
kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu kombinsi antara
faktor-faktor seperti kontraksi uuerus, nyeri, rasa takut, khwatir, obat atau
komplikasi.
k. Hematologi
1)
Haemoglobin meningkat rata-rata
1,2 mg% selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama pascapersalinan jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.
2)
Jangan terburu-buru yakin bahwa
seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang menunjukkan kadar darah berada
dalam batas normal membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan peningkatan
resiko pada pasien anemia selama masa persalinan.
3)
Selama persalinan, waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih
lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan pascapersalinan pada pasien
normal.
4)
Hitung sel darah putih secara
progresif meningkat selama kala I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah
rata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih
lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu
mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya
jauh di atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses
infeksi.
5)
Gula darah menurun selama proses
persalinan, dan menurun drastis pada persalinan yang alami dan sulit. Hal
tersebut kemungknan besar terjadi akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan
rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk menapis seorang pasien terhadap
kemungkinan diabetes selama masa persalinan akan menghasilkan data yang tidak
akurat dan tidak dapat dipercaya. ( Sulistiyowati)
2.
Perubahan Fisiologis Kala II
Menurut Rukiah AY, kala dua persalinan adalah kala pengeluaran dimulai
saat serviks telah membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi lahir. Pada kala
II, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2 menit
sekali dengan durasi >40 detik, intensitas semakin lama semakin kuat.
Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah masuk dalam ruang
panggul, maka pada his dirasakan adanya tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang secara reflex menimbulkan rasa ingin meneran. Pasien merasakan adanya
tekanan pada rectum dan merasa
seperti ingin BAB (Sulistiyawati A, 2010).
Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II adalah
sebagai berikut.
a.
Serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran
serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah
saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang
tipis. Lalu akan terjadi pembersaran ostium eksternum yang tadinya berupa suatu
lubang dengan beberapa milimeter mejadi lubang yang dapat dilalui anak,
kira-kira 10 cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba bibir portio, segmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
b.
Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik
otot bawah rahim keatas sehinga akan
menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
c.
Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa,
sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama
pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis
oleh bagian depan anak. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke
depan atas.
d.
Pergeseran organ dasar panggul
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan
pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perenium yang menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kemudiaan kepala
janin tampak pada vulva saat ada his.
e.
Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi, muka, dan dagu melewati
perenium. Setelah istirhatat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan
dan anggota tubuh bayi. Pada primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu
setengah jam sedangkan pada multigravida setengah jam.
f.
Sistem Cardiovaskuler
1)
Kontraksi menurunkan aliran darah
meuju uterus sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat
2)
Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah
meningkat
3)
Saat mengejan, cardiac
output meningkat 40-50%
4)
Tekanan darah sistolik meningkat
rata-rata 15mmHg saat kontraksi. Upaya meneran juga akan memengaruhi tekanan
darah, dapat meningkatkan dan kemudian menurun kemudian akhirnya kembali lagi
sedikit di atas normal. Rata-rata normal peningkatan tekanan darah selama kala
II adalah 10 mmHg.
5)
Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah
6)
Oksigen yang menurun selama
kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak
menimbulkan masalah serius.
g.
Respirasi
1)
Respon terhadap perubahan sistem
kardiovaskuler : konsumsi oksigen meningkat
2)
Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation of surfactant): penekanan pada dada selama
proses persalinan membersihkan
paru-paru janin dari cairan yang berlebihan
h.
Pengaturan Suhu
1)
Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit
kenaikan suhu
2)
Peningkatan suhu tertinggi
terjadi pada saat proses persalinan dan segera setelahnya, peningkatan suhu
normal adalah 0,5-10C.
3)
Keseimbangan cairan : kehilangan
cairan meningkat oleh karena meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi
yang menyebabkan restriksi cairan.
i.
Urinaria
Penekanan
kepala janin menyebabkan tonus vesical
kandung kencing menurun.
j.
Musculoskeletal
1)
Hormon relaxin
menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang
2)
Fleksibilitas pubis meningkat
3)
Nyeri punggung
4)
Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi
flexi maksimal
k.
Saluran cerna
1)
Praktis inaktif selama persalinan
2)
Prose pencernaan dan pengosongan lambung memanjang
3)
Penurunan motilitas lumbung dan
absorbsi yang hebat berlanjut sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah
pada saat transisi akan mereda selama kala II persalinan, tetapi bisa terus ada
pada beberapa pasien. Bila terjadi muntah, normalnya hanya sesekali. Muntah
yang konstan dan menetap selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan
mungkin merupakan indikasi dari komplikasi obstetric,
seperti ruptur uterus atau toksemia.
l.
System syaraf
Kontraksi
menyebabkan penekanan pada kepala janin, sehingga denyut jantung janin menurun.
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan. Upaya
meneran pasien menambah aktivita otot-otot rangka sehingga meningkatkan
metabolisme.
n.
Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara
keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai takikardi yang
nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran bayi.
3.
Perubahan Fisiologi kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran
darah.
Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan
akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta
dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta
keluar.
Otot uterus (myometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding rahim, setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau
kedalam vagina(Rukiah AT, dkk, 2009).
Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahan utama
yang terjadi pada saat proses persalinan kala III, yaitu :
a.
Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibwah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk
segetiga atau berbentuk menyerupai buah pir atau alpukat, dan fundus berada
diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
b.
Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur
keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c.
Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di
antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya, maka darah akan tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
4.
Perubahan fisiologi kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis
bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi yang luar biasa
setelah kelahiran bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil, sedangkan bayi
melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan hidupnya di luar uterus.
Kematian ibu terbanyak terjadi pada kala ini, oleh karena itu bidan tidak boleh
meninggalkan pasien dan bayi sendirian.
a.
Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 380C, hal ini disebabkan oleh
kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake
cairan baik, maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam.
Kadang dijumpai pasien pasca
persalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena
hilangnya ketegangan dan sejumlah energi selama melahirkan dan merupakan respon
fisiologis terhadap penurunan volume intrabdominal serta pergeseran
hematologik.
c.
Sistem gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual sampai
muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat mencegah
terjadinya aspirasi corpus aleanum ke
saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan
haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat penting diberikan
untuk mencegah dehidrasi.
d.
Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung kemih
dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan
pada kandung kemih dan uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat minimalisir
dengan selalu mengusahakan kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah
uterus berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk
meningkatkan perdarahan dan nyeri.
e.
Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterus.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi
dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Pada persalinan per vagina
kehilangan darah
sekitar 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC pengeluaran dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hematokrit. Setelah
persalinan, shunt akan hilang dengan
tiba-tiba.
Volume darah pasien relative akan bertambah.
Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemokonstrasi sehingga volume
darah kembali seperti kondisi awal.
f.
Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks
agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah
kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi
sampai 10cm sewaktu persalinan akan menututp secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua jam
hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari
g.
Perenium
Segera
setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelunya teregang oleh
tekanan bayi yang bergerak maju.
h.
Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, seperti labia menjadi lebih menonjol.
i.
Penegeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human Placenta
Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat berfungsi mebentuk ASI
dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai ductus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu
menyebabkan reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga
mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli dan ductus kelenjar ASI berkontraksi
dan mngelluarkan ASI ke dalam sinus yang disebut “let down reflex”.
B.
Perubahan
Psikologis Ibu Bersalin
Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat
–saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama menjelang kelahiran bayinya.
Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi suatu “realitas kewanitaan” sejati: yaitu munculnya rasa
bangga melahirkan anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung ketika proses
persalinan dimulai, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang
semula diangggap sebagai suatu keaddan yang belum pati, ibu kini benar-benar
akan menalami kejadian yang konkret.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap wanita
terhadap kehamilan dan persalinannya memengarhi kelancaran persalinan. Hal ini
telah ditemukan oleh Read, yang mencoba menjawab dua pertanyaan berikut:
1.
“Apakah suatu persalinan lancar
karena seorang wanita tenang, atau ia tennag karena persalinannya lancar?”
2.
“Apakah seorang wanita menderita
nyeri dan ketakutan karena persalinannya sukar, ataukah persalinannya nyeri dan
sukar karena ia
ketakutan?”
Akhirnya Read mengambil kesimpulan bahwa ketakutan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelancaran persalinan, dan lahirlah
gagasan dengan natural childbirth atau Physiological Childbirth, yang kemudian
diubah menjadi Childbirth without fear.
Fenomena perubahan psikologis yang menyertai proses
persalinan bermacam-macam. Adapun menurut Macfarlane A (1980) dan Dixon L, et
al (2013) yakni.
1.
Perubahan Psikologis kala I
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan psikologis
dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang ia rasakan dari
proses persalinannya. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan persalinan pada pasien dan bagaiaman ia mengatasi tuntutan
terhadap dirinya yang muncul dari persalinan dan lingungan tempat ia bersalin.
a.
Kala I fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan
benar-benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap
ini penting bagi orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberikan
support mental terhadap kemajuan perkembangan persalinan. Seiring denga
kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his yang menngkat,
pasien akan mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan
apakah ini sudah hampir berakhir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal toucher) dan berharap bahwa hasil
pemeriksaan mengindikasikan bahwa proses
persalinan akan segera berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu
coping mechanism terhadap rasa sakit yang timbul aktibat his, mislanya dengan
pengetauran nafas atau dengan posisi yang dirasa paling nyaman dan pasien dapat
menerima keadaan bahwa ia harus menghadapi tahap persalinan dari awal sampai
selesai.
b.
Kala I fase aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien akan mengalami
penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempat tidur,
terutama pada primipara. Pada fase ini pasien sangat tidak suka jika diajak
bicara atau diberi nasehat menganai apa yang seharusnya ia lakukan. Ia lebih
fokuss untuk berjuang mengendalikan rasa sakit dan keinginan untuk meneran.
Jika ia tidak dapat mengendalikan rasa sakit dengan pengaturan nafas dengan
benar. Maka ia akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak dan mungkin
akan meluapkan kemarahan pada suami atau orang terdekatnya. Perhatian terhadap
orang-orang disekitarnya akan sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika ada
keluarga atau teman yang datang untuk memberikan dukungan mental, sama sekali tidak akan bermanfaat dan mungkin justru akan sangat
mengganggunya. Kondisi ruangan yang tenang dan tidak banyak orang akan sedikit
mengurangi perasaan kesalnya.
Hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah membiarkan
pasien mengatasi keadaannya sendiri namun tidak meninggalkannya. Pada beberapa
kasus akan sangat membantu jika suami berada di sisinya sambil membisikkan doa
di telinganya.
Secara singkat berikut perubahan
psikologis pada ibu bersalin kala I.
a.
Perasaan tidak enak
b.
Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c.
Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal
d.
Menganggap persalinan sebagai percobaan
e.
Apakah penolong persalinan dapat
sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f.
Apakah bayinya normal apa tidak
g.
Apakah ia sanggup merawat bayinya
h.
Ibu merasa cemas
2.
Perubahan Psikologi Persalinan Kala II
Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan emosional atau
psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini semakin terlihat, diantaranya yaitu.
a.
Emotional distress
b.
Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan
cepat marah
c.
Lemah
d.
Takut
e.
Kultur (respon terhadap nyeri,
posisi, pilihan kerabat yang mendampingi, perbedaan kultur juga harus
diperhatikan)
3.
Perubahan psikologi kala III dan IV
Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan – perubahan
psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru dalam hidupnya. Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang
tampak pada kala III dan IV ini adalah sebagai berikut.
a. Bahagia
Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang
sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan memberikan anggota
keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
b. Cemas dan
Takut
Cemas dan
takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena persalinan di
anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati
-
Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
-
Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
mengakibatkan adanya beberapa perubahan pada ibu bersalin, baik perubahan
fisiologis maupun perubahan psikologis. Perubahan – perubahan tersebut
(perubahan fisiologis dan perubahan psikologis) dapat ditemukan sejak kala I
hingga kala IV persalinan. Dimana, perubahan fisiologis meliputi segala
perubahan yang terjadi pada sistem maupun anatomi tubuh ibu, dan perubahan
psikologis meliputi perubahan yang terjadi pada emosional ibu saat proses
persalinan beralngsung.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti
IP (2014) Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi
baru lahir. Yogyakarta: Deepublish
Dixon L, Skinner, Foureur (2013). The emotional and hormonal pathways of
labour and birth:integrating mind, body and behaviour. New Zealand: Collage of
Midwive Journal 48.
Erawati
AD (2010) Buku ajar asuhan kebidnan persalinan normal. Jakarta: EGC.
Grant N, Strevens H, Thor J (2015). Physiology of labor. Dalam : Capogna
G (ed). Epidural labor analgsia : Childbirth without pain. New York: Springer
Cham Heidelberg, p:1.
Hidayat A, Sujiatini (2010). Asuhan Kebidnaan Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Johariyah, Ningrum EW (2012). Asuhan kebidnaan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: CV.Trans Info Medika.
Macfarlane
A (1980). The psychology of childbirth. United states of America: Library of
congress cataloguing in publication data.
Rukiah AY, dkk (2009). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: CV.
Trans Info Medika.
Sella(2014).
INC Perubahan Psikologi kala I II III IV. http://bidanbasilahsilmi .blogspot.co.id/2014/10/inc-perubahan-
psikologis-kala-i-ii-iii.html. diakses pada tanggal 03 April
2017.
Sondakh JJS
(2013). Asuhan Kebidnaan
Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: Penerbit
erlangga.
Sulistyawati
A, Nugraheny E (2010) . Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Komentar
Posting Komentar